Every moms can be a
doctor? yes you can! Saya teringat salah satu film “Lorenzo’s Oil” yang pernah diputar di TVRI, fillm drama era 90an yang
diangkat dari kisah nyata Michaela dan Agusto Odone (1984) tentang anaknya yang
menderita Adrenoleukodystrophy adalah gangguan asam lemak oksidasi beta peroxisomal
yang menghasilkan akumulasi asam lemak rantai sangat panjang dalam jaringan di seluruh tubuh (Wikipedia). Film ini Dibintangi oleh Susan Sarandon dan Nick
Nolte. Mereka mencari obat terbaik untuk kesembuhan anaknya.
Hingga akhirnya mereka terjun langsung mengadakan penelitian dibantu ilmuan dan
para dokter untuk menciptakan suatu obat (minyak) agar anaknya bisa kembali
normal. Akhirnya mereka berhasil menciptakan minyak yang diberi nama anaknya, “Lorenzo’s
Oil”.
Ketika itu saya masih duduk di kelas 6 SD
menonton film drama ini tapi saya tertarik sekali mengikuti jalan ceritanya,
padahal ini film drama yang isinya cuma ngobrol dan membosankan, tapi kok ya menarik
lho buat ditonton. Bagaimana perjuangan orang tua menyembuhkan anaknya, ketika
mereka menangis saat itu saya pun ikut menangis, melooow ah hehe. Setelah
menonton film drama tersebut saya terdorong untuk menjadi seorang dokter, tapi pada akhirnya saya belum bisa juga menjadi
dokter sungguhan hee.
Sungguh Allah mencoba saya untuk terus
belajar, akhirnya saya diberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu kedokteran
khususnya Nephrology. Now I know bagaimana perasaan orang tua dari Lorenzo,
yang berjuang mati matian menyembuhkan penyakit anaknya…
Dua tahun ini saya ambil “kuliah” kedokteran spesialis pediatric
nephrologists (ginjal anak). Sudah tiga dosen yang kesemuanya adalah dokter
spesialis yang memberikan kuliah umum
per minggu atau per dua minggu. Satu
“dosen” ketika di Indonesia yang pertama kali memberikan kuliah nephrology. Singkat tapi banyak yang bisa saya
pelajari dari pak “dosen”. Dari pak “dosen” inilah saya mengenal obat – obatan dasar
bagi penderita nephrology yaitu Lasix (Furosemide) dan Kortikosteroid dengan brand nama
Prednisolone atau Predo. Karena saya harus kembali ke Jeddah, “dosen” lama
meminta saya menghubungi “dosen” baru ditempat saya tinggal sekarang untuk
meneruskan “kuliah” Nephrology. Akhirnya “kuliah kedokteran” saya teruskan di
Jeddah dan sudah berjalan dua tahun ini.
Setelah mendapat kuliah umum dari dosen (dokter) terbaik di Jeddah, akhirnya saya memilih “dosen”
terakhir yang adalah seorang dokter perempuan spesialis ginjal anak (Pediatric Nephrologists). Bu “dosen” ini sudah
berpengalaman lama kurang lebih dua puluh tahun di Amerika dan Eropa menangani
ginjal anak. Bu”dosen” ketika
memberikan “kuliah” Nephrology sangat gamblang. Nggak pelit informasi, menjelaskan hampir keseluruhan mulai
dari yang umum hingga yang khusus, tes apa saja yang diperlukan baik darah
maupun urine, hingga ke tulang dan mata. Bu “dosen” juga menjelaskan obat –
obatan apa yang yang diberikan kepada penderita ginjal anak – anak.
Nggak cuma menjelaskan fungsi obatnya, tapi ia juga menjelaskan side effect
nya. Bisa dibilang bu “dosen”kali ini
cukup cerewet tapi sangat care. Ketika “mahasiswanya” nggak mudheng (kurang ngerti)
dia akan terus ulang – ulang materinya. Katanya sih,” I will repeat
million times until you understand, but please understand as fast as you can”
hehe mekso (maksa). Kalau “mahasiswanya” telat sedikit pastilah terkena
omelannya, tapi ya tetap saja bu "dosen" memberikan
kuliah singkatnya he he he.. terima kasih ya bu.
Bicaranya cepat dengan
aksen amerika yang kental padahal asli Mesir,
kadang “mahasiswanya” harus pakai
video /voice recorder ketika “kuliah” berlangsung buat di reply ulang dirumah. Haaa…ya
Dokter dan "dosen" satu ini sepertinya tumbuh besar di lingkungan Amerika. Saya pikir dia “dosen”
hebat, walaupun cerewet tapi sangat care dan terbuka. Kalau “mahasiswanya”
nggak suka, ya monggo silahkan pindah “dosen” lain yang lebih oke. Atau kadang –
kadang bu “dosen” sering kali mempersilahkan saya mencari second opinion
mengenai “materi” yang dia jabarkan.
Oh ya, di tahun ke dua “kuliah” ini, akhirnya saya mendapat materi
kuliah biopsy. Bu “dosen” menjelaskan dari A-Z mengenai proses biopsy untuk
dewasa maupun anak-anak serta resiko apa yang terjadi. Penjabaran materinya
saya ulang lagi dirumah, untunglah mbah google selalu menjadi sahabat setia, menemani
mengejar ketinggalan dan mendalami materi dari bu “dosen” yang kadang-kadang nggak bisa tercatat oleh
saya, tinggal klik di search engine muncullah ratusan artikel terkait..and also thanks
to technology.
Kemarin saya mendapat pe er yang sedikit ribet, iya ribet
kalo nggak ada bantuan mbah google. Bu “dosen” memberikan secarik kertas yang
berisi tentang obat – obatan bagi penderita Nephrotic Syndrom yang memiliki tekanan
darah tinggi dan beberapa keluhan lain. Untunglah tulisan bu “dosen” bagus dan masih bisa terbaca.
Biasanya tulisan resep dari dokter hanya Tuhan dan apoteker yang tahu he he he. Awalnya bu “dosen” menjelaskan apa
saja isi obat – obatannya dan berapa kali pemberian dalam sehari. Kemudian
secarik kertas itu diserahkan ke saya untuk dilihat, dipelajari dan diminta untuk ditulis ulang yang rapi. Dari secarik resep bu “dosen” ini saya belajar apa
itu pemberian po, qd, bid, tid, dan q6h atau prn dll. What’s that??!! Itu pe e
r buat “mahasiswanya” salah dikit ngasih dosis kan bisa fatal! ya ya ya... membaca dosis kan materi basic di kedokteran, eh masa?? ya maklumlah bu "dosen" pikir kan saya "mahasiswa" barunya kudu di tes dulu mengenai baca dosis he he he. Googling lagi
deh… Alhamdulillah nggak sulit menemukannya dan nambah lagi ilmunya. Ya Allah….emang
manusia itu diminta belajar sepanjang masa ya.
Oke, po artinya taken by mouth bahasa latinnya sih per os, qd
(quaque die) artinya once a day, bid (bis in die) artinya twice a day, tid (ter
in die) artinya three times a day. Lha
kalo q6h apa? artinya every six hours yang bahasa latinnya terbaca quaque six
hora. Kadang kala dokter menuliskan q6O yang artinya juga sama. Sedangkan
prn? Saya sempat bingung baca tulisan latinnya bu “dosen” ternyata prn adalah as
needed yang bahasa latinnya pro re nata. Cateeeet!
Well, saya masih menjadi “mahasiswanya” bu dokter hingga
saat ini. Sepekan sekali saya menghadiri “kuliah” beliau. Belum tau kapan lulus
apalagi wisuda he he he. Semoga Allah memudahkan langkah saya agar bisa lulus
dalam mata kuliah ini, nggak jadi mahasiswa abadi dan nggak ngambil jurusan
spesialis lainnya lagi, puyeng soalnya hiks…
PS. Teruntuk para ibu atau orang tua yang putra atau putri tercintanya
yang sedang sakit kita semua bisa menjadi "dokter" dan ahli gizi untuk anak – anak kita. Selama
kita rajin mengikuti petunjuk dokter dan rajin mencari informasi tidak hanya
dari internet, bisa juga dari dokter – dokter lain yang berpengalaman atau bisa
juga dari pengalaman kerabat dan teman. In shaa Allah selain ilmu yang di dapat
juga kita bisa menjadi dokter siaga bagi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar