Senin, 17 November 2014

Moms, you can be a doctor



Every moms can be a doctor? yes you can! Saya teringat salah satu film “Lorenzo’s Oil” yang pernah diputar di TVRI, fillm drama era 90an yang diangkat dari kisah nyata Michaela dan Agusto Odone (1984) tentang anaknya yang menderita Adrenoleukodystrophy adalah gangguan asam lemak oksidasi beta peroxisomal yang menghasilkan akumulasi asam lemak rantai sangat panjang dalam jaringan di seluruh tubuh (Wikipedia). Film ini Dibintangi oleh Susan Sarandon dan Nick Nolte. Mereka mencari obat terbaik untuk kesembuhan anaknya. Hingga akhirnya mereka terjun langsung mengadakan penelitian dibantu ilmuan dan para dokter untuk menciptakan suatu obat (minyak) agar anaknya bisa kembali normal. Akhirnya mereka berhasil menciptakan minyak yang diberi nama anaknya, “Lorenzo’s Oil”. 

Ketika itu saya masih duduk di kelas 6 SD menonton film drama ini tapi saya tertarik sekali mengikuti jalan ceritanya, padahal ini film drama yang isinya cuma ngobrol dan membosankan, tapi kok ya menarik lho buat ditonton. Bagaimana perjuangan orang tua menyembuhkan anaknya, ketika mereka menangis saat itu saya pun ikut menangis, melooow ah hehe. Setelah menonton film drama tersebut saya terdorong untuk menjadi seorang dokter, tapi  pada akhirnya saya belum bisa juga menjadi dokter sungguhan hee. 

Sungguh Allah mencoba saya untuk terus belajar, akhirnya saya diberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu kedokteran khususnya Nephrology. Now I know bagaimana perasaan orang tua dari Lorenzo, yang berjuang mati matian menyembuhkan penyakit anaknya…

 ******
Dua tahun ini saya ambil “kuliah” kedokteran spesialis pediatric nephrologists (ginjal anak). Sudah tiga dosen yang kesemuanya adalah dokter spesialis  yang memberikan kuliah umum per minggu atau per dua minggu.  Satu “dosen” ketika di Indonesia yang pertama kali memberikan kuliah  nephrology. Singkat tapi banyak yang bisa saya pelajari dari pak “dosen”. Dari pak “dosen” inilah saya mengenal obat – obatan dasar bagi penderita nephrology yaitu Lasix (Furosemide) dan Kortikosteroid dengan brand nama Prednisolone atau Predo. Karena saya harus kembali ke Jeddah, “dosen” lama meminta saya menghubungi “dosen” baru ditempat saya tinggal sekarang untuk meneruskan “kuliah” Nephrology. Akhirnya “kuliah kedokteran” saya teruskan di Jeddah dan sudah berjalan dua tahun ini.

Setelah mendapat kuliah umum dari  dosen (dokter)  terbaik di Jeddah, akhirnya saya memilih “dosen” terakhir yang adalah seorang dokter perempuan spesialis ginjal anak (Pediatric Nephrologists). Bu  “dosen” ini sudah berpengalaman lama kurang lebih dua puluh tahun di Amerika dan Eropa menangani ginjal anak. Bu”dosen”  ketika memberikan “kuliah” Nephrology sangat gamblang. Nggak pelit informasi, menjelaskan hampir keseluruhan mulai dari yang umum hingga yang khusus, tes apa saja yang diperlukan baik darah maupun urine, hingga ke tulang dan mata. Bu “dosen” juga menjelaskan obat – obatan apa yang yang diberikan kepada penderita ginjal anak – anak. Nggak cuma menjelaskan fungsi obatnya, tapi ia juga menjelaskan side effect nya.  Bisa dibilang bu “dosen”kali ini cukup cerewet tapi sangat care. Ketika “mahasiswanya” nggak mudheng (kurang ngerti) dia akan terus ulang – ulang materinya. Katanya sih,” I will repeat million times until you understand, but please understand as fast as you can” hehe mekso (maksa). Kalau “mahasiswanya” telat sedikit pastilah terkena omelannya,  tapi ya tetap saja bu "dosen" memberikan kuliah singkatnya he he he.. terima kasih ya bu. 
Bicaranya cepat dengan aksen amerika yang kental padahal asli Mesir,  kadang  “mahasiswanya” harus pakai video /voice recorder ketika “kuliah” berlangsung buat di reply ulang dirumah. Haaa…ya Dokter dan "dosen" satu ini sepertinya tumbuh besar di lingkungan Amerika. Saya pikir dia “dosen” hebat, walaupun cerewet tapi sangat care dan terbuka. Kalau “mahasiswanya” nggak suka, ya monggo silahkan pindah “dosen” lain yang lebih oke. Atau kadang – kadang bu “dosen” sering kali mempersilahkan saya mencari second opinion mengenai “materi” yang dia jabarkan. 

Oh ya, di tahun ke dua “kuliah” ini, akhirnya saya mendapat materi kuliah biopsy. Bu “dosen” menjelaskan dari A-Z mengenai proses biopsy untuk dewasa maupun anak-anak serta resiko apa yang terjadi. Penjabaran materinya saya ulang lagi dirumah, untunglah mbah google selalu menjadi sahabat setia, menemani mengejar ketinggalan dan mendalami  materi dari bu “dosen”  yang kadang-kadang nggak bisa tercatat oleh saya, tinggal klik di search engine muncullah ratusan artikel terkait..and also thanks to technology. 

 
Kemarin saya mendapat pe er yang sedikit ribet, iya ribet kalo nggak ada bantuan mbah google. Bu “dosen” memberikan secarik kertas yang berisi tentang obat – obatan bagi penderita Nephrotic Syndrom yang memiliki tekanan darah tinggi dan beberapa keluhan lain. Untunglah tulisan bu “dosen” bagus dan masih bisa terbaca. Biasanya tulisan resep dari dokter hanya Tuhan dan apoteker yang tahu he he he. Awalnya bu “dosen” menjelaskan apa saja isi obat – obatannya dan berapa kali pemberian dalam sehari. Kemudian secarik kertas itu diserahkan ke saya untuk dilihat, dipelajari dan diminta untuk ditulis ulang yang rapi. Dari secarik resep bu “dosen” ini saya belajar apa itu pemberian po, qd, bid, tid, dan q6h atau prn dll. What’s that??!! Itu pe e r buat “mahasiswanya” salah dikit ngasih dosis kan bisa fatal! ya ya ya... membaca dosis kan materi basic di kedokteran, eh masa?? ya maklumlah bu "dosen" pikir kan saya "mahasiswa" barunya kudu di tes dulu mengenai baca dosis he he he. Googling lagi deh… Alhamdulillah nggak sulit menemukannya dan nambah lagi ilmunya. Ya Allah….emang manusia itu diminta belajar sepanjang masa ya. 

Oke, po artinya taken by mouth bahasa latinnya sih per os, qd (quaque die) artinya once a day, bid (bis in die) artinya twice a day, tid (ter in die) artinya three times a day.  Lha kalo q6h apa? artinya every six hours yang bahasa latinnya terbaca quaque six hora. Kadang kala dokter menuliskan q6O yang artinya juga sama. Sedangkan prn? Saya sempat bingung baca tulisan latinnya bu “dosen” ternyata prn adalah as needed yang bahasa latinnya pro re nata. Cateeeet!

Well, saya masih menjadi “mahasiswanya” bu dokter hingga saat ini. Sepekan sekali saya menghadiri “kuliah” beliau. Belum tau kapan lulus apalagi wisuda he he he. Semoga Allah memudahkan langkah saya agar bisa lulus dalam mata kuliah ini, nggak jadi mahasiswa abadi dan nggak ngambil jurusan spesialis lainnya lagi, puyeng soalnya hiks…

PS. Teruntuk para ibu atau orang tua yang putra atau putri tercintanya yang sedang sakit kita semua bisa menjadi "dokter" dan ahli gizi untuk anak – anak kita. Selama kita rajin mengikuti petunjuk dokter dan rajin mencari informasi tidak hanya dari internet, bisa juga dari dokter – dokter lain yang berpengalaman atau bisa juga dari pengalaman kerabat dan teman. In shaa Allah selain ilmu yang di dapat juga kita bisa menjadi dokter siaga bagi keluarga.

Rabu, 02 April 2014

7th Asian Film Festival Jeddah


7th Asian Film Festival adalah acara rutin tahunan pemutaran film - film Asia yang diselenggarakan oleh The Asian Consuls General Club (ACGC) Jeddah.  Anggota ACGC yang tergabung di dalamnya adalah negara - negara Asia yaitu; Thailand, Pilipina, Brunei, Singapura, Pakistan, Malaysia, Korea, Jepang, India, Cina, Bangladesh, Sri Lanka dan Indonesia. Masing - masing Konsulat mendapatkan jadwal pemutaran film negaranya. Indonesia menjadi negara penutup dalam festival tersebut. Wisma Konjen yang berada di Distrik Hera malam itu diramaikan oleh pemutaran film  Habibie dan Aninun. Film ini diangkat dari memoir yang ditulis Habibie mengenai mendiang istrinya, Hasri Ainun Habibie, dalam buku Habibie dan Ainun.

Garuda Indonesia dan Indomie merupakan  dua sponsor utama di Wisma Konsulat lalu. Garuda memberikan tiga tiket gratis sebagai doorprize dan Indomie membanjiri pengunjung dengan berbagai macam doorprize yang tak kalah menarik.

 (Persiapan)

  (Stand Korea dan Jepang paling banyak peminat)

Tidak hanya pemutaran film, tapi juga ada food festivalnya lho. Setelah film selesai, pengunjung bisa menikmati berbagai makanan khas negara - negara Asia yang tergabung dalam club tersebut. Biasanya yang paling banyak ditunggu adalah stand makanan Jepang dan Korea yang berada paling pojok. Sebelum acara pemutaran film selesai dan stand - stand makanan di buka, stand makanan Jepang dan Korea sudah terlebih dahulu dipadati pengujung :D
 
Masih sulit dipercaya pemutaran film ini terjadi di negara seperti Arab Saudi yang dikenal konservatif. Tapi, Kerajaan perlahan - lahan telah menyesuaikan diri, berkembang dengan cara aman dan terkendali.
Well, tujuan diadakannya pemutaran film ini juga positif, tidak lain adalah untuk menjalin persahabatan antar negara - negara, saling memperkenalkan budaya, masyarakat, tradisi dan kebiasan - kebiasan di negaranya masing - masing melalui bidikan kamera.

                                       
                                                                                            (Hasil antrian di Stand Jepang )

Selasa, 25 Maret 2014

Masjid Apung (Floating Mosque)

Masjid Apung

Ini merupakan salah satu masjid yang "must see" jika mengunjungi Jeddah. Berlokasi di pinggir laut merah, Chornice Road, Al Shati. Rata - rata jama'ah umroh asal indonesia selalu mampir ke masjid ini sebelum bertolak ke tanah air.

Masjid Apung Kala Malam

Masjid ini tampak unik karena pondasinya dibangun  di atas air. Jadi seolah - olah masjid ini mengapung. Karenanya masjid ini disebut Masjid Apung atau floating mosque. Nama asli masjid ini adalah masjid Fatimah Azzahra. Kadang sebagian orang menyebutnya masjid putih. Karena hampir seluruh warna masjid ini putih. Cobalah kunjungi masjid apung ini dan lihatlah dari kejauhan sambil menyusuri tepian laut merah dan melihat matahari terbenam. Pasti jadi momen yang tak terlupakan :)


Senin, 24 Maret 2014

Masjid Hani Rifa'i adalah masjid Hassan Al-Anani



Taman  Al- Hamra, Jeddah
Biasanya akhir pekan kita menghabiskan pagi atau sore hari di tepi pantai laut merah. Salah satu tempat favorit kami adalah di distrik Al-Hamra, dekat dengan air mancur tertinggi di dunia,  "king Fahad Fountain" bisa dilihat disini:  http://catatandarijeddah.blogspot.com/2013/03/king-fahd-fountain-juga-dikenal-sebagai.html

Di tepian pantai Al - Hamra ini pemandangannya hijau royo royo, pohon dan rumput - rumput banyak tumbuh dan terawat, tentu saja nyaman untuk pedestrian alias para pejalan kaki. Disana kita bisa berjalan - jalan dengan nyaman. Banyak juga lho yang memanfaatkan tepi pantainya untuk memancing ikan. Rata - rata yang senang memancing di akhir pekan berasal dari Pilipna dan Indonesia. Saya lebih memilih memanfaatkannya untuk berolahraga ataupun duduk sambil menikmati teh hangat dan sarapan pagi.

Dua tahun ini Saudi sibuk berbenah, tempat - tempat indah mulai di bangun dan dirawat apik, salah satunya sepanjang tepian laut merah yang semakin terlihat cantik menarik.

Masjid Hassan Al-Anani / Masjid Hani Rifa'i
Satu hal yang menarik perhatian saya, di tempat ini juga terdapat masjid yang besar dan nyaman sekali. Orang indonesia biasa menyebutnya masjid Hani Rifa'i, hampir seluruh kegiatan outdoor orang Indonesia bertempat di taman sekitar masjid. Entahlah siapa yang menamainya pertama kali. Tapi memang kabarnya dulu Syaikh Hani Rifa'i selalu rutin menjadi imam tarawih di masjid ini saat Ramadhan. Jangan salah ya, nama asli masjid ini adalah masjid Hassan Al - Anani dan masjid ini merupakan salah satu masjid bersejarah lho. Hmm... ya sebaiknya Anda tahu :)

In The Middle of Nowhere

There was a story behind this pic 😃 asli emeijing for us. Lihat si Hemar ini sebelum masuk Madinah. Sengaja berhenti?? Enggaaak. Karena qad...