Jumat, 03 Agustus 2018

Colours Garuda Middle East


dua tulisanku
Colours Garuda Inflight Magazine

…..Setahun yang lalu, kesempatan emas itu hadir ketika diminta menulis tentang Madinah. Pertama kalinya diminta menulis untuk 5 stars Airline sungguh sesuatu yang membanggakan dan surprise buat diri pribadi. Kapan lagi bisa menerima tawaran ini?  akhirnya dengan deadline yang cukup ketat, semua bisa selesai tepat pada waktunya. Suami mendukung penuh untuk tawaran ini. Dia terus menyemangati, memotivasi dan memfasilitasi he he he.. 
Akhirnya edisi Desember 2016 – Januari 2017 naik cetak dan…taraaa… senangnya nggak bisa digambarkan he he he...
Namaku terpampang di jejeran kontributor professional… jujur saja seperti mimpi. Link dapat diakses di sini: Colours Garuda Middle East, Desember 2016 - Januari 2017





Nah, ketika kesempatan kedua datang lagi dan dengan mantab aku mengiyakan, “In shaa Allah siap!” 
…..Saat itu, Wa dari senior Colours datang tiba – tiba, menanyakan kapan tulisan bisa siap kirim? Aku yang sedang dalam rangka mudik berlibur dan saat itu sedang dalam mobil menghadapi kemacetan tol menuju Bekasi, "ditodong" tiba - tiba he he he...
Memang segala sesuatu kudu dipaksakan ya? dan alhamdulillah dengan tips dan trik jitu dari senior Colours, akhirnya tulisanku selesai dan naik cetak! Benar – benar masih seperti mimpi bisa menulis di Inflight Magazine five stars airlines, maskapai kebanggan negeri.
kali ini Taif dan wajah baru pantai di Jeddah mengisi Edisi Agustus – September 2018.  Colours Garuda Middle East, Agustus - September 2018







Ada yang bertanya ..."gimana sih biar tulisan bisa dimuat di media cetak atau online?" jujur saya juga  masih dalam tahap belajar dan belajar. Tapi sebenarnya aktif menulis! lalu berikutnya keberuntungan he he he. Blog membantu kita untuk tetap latihan menulis terus menerus, menuangkan ide - ide dan apa saja yang terlintas dalam pikiran kita. Jangan salah...kadangkala, mereka  yang menemukan kita di jagat maya, lho. Mereka membaca tulisan - tulisan kita yang aktif dan positif, lalu mengontak kita. Nah, disinilah peran blog membantu kita untuk bisa menemukan keberuntungan itu he he he...dan Inilah yang saya alami.

Saya juga aktif di media sosial seperti Facebook dan Instagram, menjadi salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan untuk berlatih menulis dan bercerita pendek sambil upload foto. Ini saya banget! saya suka bercerita melalui foto yang saya ambil sendiri. Walau kadang - kadang hanya berupa caption pendek tapi bermakna.

Untuk foto, akan lebih baik jika tulisan yang kita kirimkan disertakan dengan foto yang kita punya. Tapi kadang - kadang media cetak memiliki standar kedetailan gambar sendiri. Misalnya majalah Garuda..untuk naik cetak mereka butuh foto sekitar 300 dpi. Sangat detail sekali! jadi foto dibwah itu belum bisa memenuhi syarat naik cetak. Selain gambar yang detail, keindahan warna dan panorama juga menjadi pertimbangan. Tapi nggak usah khawatir kalau nggak punya foto yang bagus untuk disertakan. Hanya setor tulisan saja bisa kok, dan pihak mereka yang akan menyediakan fotonya.

Selamat Menulis!* menyemangati diri juga he he he..



Senin, 30 Juli 2018

Hari Ini..



30 Juli

Hari ini setahun yang lalu dan beberapa tahun sebelumnya...nomor WA dari babe selalu masuk diwaktu subuh.
πŸƒπŸ‚。。。。
Setiap tanggal ini... dari tahun ke tahun...WA itu rajin menyapa pertama kalinya dari belahan bumi sana....
πŸƒπŸ‚。。。。
Dari tahun ketahun...Kami semua tahu kalau kami nggak pernah sedikitpun merayakannya. Tapi ucapan itu benar- benar sesatu yang istimewa terucap tulus dari ayah kepada anaknya.

Eyang Kung Babe (biasa cucu memanggilnya) selalu ingat tanggal lahir anak- anak, hingga cucu, bahkan semua menantunya.. Ditandainya di kalender, dituliskannya pada lembaran kipas.
Tapi tepat hari ini... tahun ini... subuh datang...tapi nggak ada lagi ucapan itu..
Ya Rabb...
ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya..aamiin... πŸ˜”



Note for my self,... bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan kematian, bahkan hingga bersembunyi di lubang semut sekalipun kematian akan tetap menjumpainya. Sesungguhnya... hari lahir merupakan reminder berkurangnya usia bukan sebaliknya...



Jumat, 20 Juli 2018

The Art of Sushi


Beberapa kali saya lihat iklan sponsor JCEC yang lewat di Instagram. Penasaran dengan iklan workshop singkat Sushi yang di upload disana.

JCEC adalah suatu organisasi yang belum lama dibentuk, memperkenalkan berbagai budaya lokal dan budaya lain melalu berbagai paket budaya, baik untuk expat ataupun penduduk lokal (Saudi). Jadi intinya JCEC ini bertujuan untuk menjembatani berbagai kegiatan yang berkaitan dengan budaya dan bahasa. Nah, salah satu program yang saya ikuti bulan April lalu adalah Sushi Workshop. Sebenarnya Sushi Workshop yang ditawarkan adalah pelajaran dasar dan dengan mudah bisa dipelajari melalui internet yang banyak beredar. Tapi tentu saja berbeda dong belajar melalui internet dengan belajar bersama-sama dengan chef yang real di depan mata he he he…

Well, jadilah saya ambil paket A untuk batch pertama, karena limited seat dan hanya dua kali pertemuan. Biaya yang dikenakan untuk one day workshop ini SAR 500, atau sekitar 1,7 juta jika dirupiahkan. Waaah lumayan banyak yaa ha ha ha…Tapi yang namanya ilmu kan memang mahal. Awalnya ragu, tapi suami terus memotivasi saya untuk ikut. Bahkan suami juga yang mendaftarkan. Thank you beib ;)

Malam workshop, saat memasuki pintu beberapa panitia sudah menyambut, ada beberapa orang Arab, satu orang Philipina, dan satu orang bule yang sepertinya Mr. Chris, manager di JCEC. Salah satu panitia yang berwajah Arab menanyakan nama saya, lalu memberikan name tag seperti stiker yang bisa ditempel di pakaian. Name tag bertuliskan nama Viccy dalam dual Bahasa, Kanji dan alphabet biasa. Saya duduk dengan peserta lain di lobi dan sempat berkenalan dengan Shopia, perempuan manis asal US yang ramah. Ternyata Sophia sushi lovers, kecintaannya dengan sushi yang mendorong Shopia untuk ikut one day workshop ini. Katanya, “you know Viccy, i will make a lot at home after this class is finished!”, lalu tertawa senang. Ah dia lucu sekali…
Para peserta ada yang berasal dari Prancis, beberapa dari Amerika, dan sebagian berasal dari Middle East,  hanya ada satu orang lokal (Saudi) dan saya satu satunya peserta dari Indonesia he he he...

Beberapa menit kemudian, Mr. Chris mempersilahkan kami untuk naik ke lantai satu dan meminta kami untuk menuci tangan terlebih dahulu lalu memasuki kelas kursus. Ruangannya cukup lega walau tidak begitu besar. Agak sedikit berbentuk letter L dengan meja yang disusun sesuai dengan bentuk ruangan. Ditengah – tengah meja peserta, ada meja panjang yang dipakai khusus Chef untuk berdemo. Ketika masuk tadi..hmm..ruangan sudah dipenuhi bau khas sushi yang mendadak bikin lapar perut he he he..





Sang Chef memperkenalkan diri dengan dibantu penerjemah. Sesekali terdengar Miss penerjemah berbicara nihon go dengan cukup fasih ke sang Chef. Aaah...bikin iri aja Miss penerjemah hi hi hi…



Chef Yoshida adalah instrukturnya, beliau adalah Chef khusus untuk konsul Jepang di Jeddah. Chef Yoshida mulai menjelaskan proses pemembuatan sushi mulai dari mengolah nasi agar pulen dan enak, memotong ikan, mentimun dan udang, hingga membentuknya menjadi Sushi Roll, Nigiri, dan maki sushi serta bagaimana memotong sushi yang benar. Walaupun disediakan plastic hand glove buat kehigenisan, tapi nggak akan berasa  bikin sushi like native kalau pakai hand glove. So...do it with your bare hand! biar lebih afdhal bikin sushinya dan dijamen rasa lebih enak ha ha ha..
Semua dilakukan dengan cepat dan singkat, sampai nggak terasa sudah dua jam workhop berlangsung. 
peseta khusyu membuat sushi









Peserta pulang dengan membawa sushi hasil buatan sendiri, bamboo matt (bamboo untuk menggulung sushi), dan tentu saja resep rahasianya he he he..
sayangnya pisau tajam made in Japan tidak diperkenankan untuk dibawa pulang karena akan dipakai di batch hari berikutnya (hari terakhir). Lalu Mr. Chris menginfokan peserta workshop akan diberikan sertifikat sebagai bukti partisipasi.

tadaaa!..

with Sophia

the certificate




In The Middle of Nowhere

There was a story behind this pic πŸ˜ƒ asli emeijing for us. Lihat si Hemar ini sebelum masuk Madinah. Sengaja berhenti?? Enggaaak. Karena qad...